Senja begitu indah sa,at ku perhatikan sore itu,namun hanya se,saat ku nikmati lalu ia pergi, hilang di telan waktu, berharap bisa ku jumpai lagi pemandangan indah seperti itu.
Semilir angin begitu mesra mengiringi langkah kaki ku,langkah kaki yang berjalan entah mau kemana,tanpa arah dan tujuan,tapi Aku yakin, Allah akan menunjukan jalan ter,baik untuku.
Namaku Zulfiqar Amiruddin, Usiaku menginjak 23 tahun.Orang orang di sekitarku memanggilku dengan sebutan Zul.entah kenapa dari dulu aku tidak suka jika ada orang yang memanggilku dengan sebutan itu,karena menurutku nama itu kampungan dan kurang gaul, tapi setelah aku tau artinya aku bangga mempunyai nama Zulfiqar Amiruddin.
Kisah hijrah ku di mulai satu tahun yang lalu.Adzan ashar berkumandang,Aku duduk di warung kopi samping perlintasan rel kereta api dekat Stasiun Kersana,seperti biasa , aku duduk santai sambil ngobrol bersama teman teman setelah sebelumnya kami memasang No Togel.Ya,kami memang anak muda yang nakal bahkan sudah di cap berandal oleh warga kampung kami.Ketika kami sedang asik ngobrol tiba tiba salah satu teman ada yang mengajak untuk judi tebak nomer ujung plat motor dengan taruhan Rp.5000 per orang ,dan saat itu uang terkumpul Rp.35.000 dari 7 orang peserta ,uang itu adalah hadiah untuk pemenang.peraturan untuk judi tebak no plat motor itu memang mudah ya,itu no plat tebakan siapa yang pertama kali melintasi rel kereta api dialah pemenangnya.Belum satu menit permainan itu kami mulai,Ketika mata kami sedang terfokus kepada kendara,an yang sedang menunggu palang pintu otomatis kereta di buka,Seketika kami menyaksikan secara langsung di depan mata kami ada se,orang bapak dan anaknya yang tertabrak kereta api, karena motor yang di kendarai bapak itu menerobos palang pintu kereta yang sudah tertutup. seketika itu aku teriak dan gemetar melihat se,orang bapak dan anaknya terlindas kereta api.
Se,saat setelah kereta berlalu Aku dan Teman temanku yang menyaksikan kejadian tersebut langsung berlarian untuk menyelamatkan korban, Tapi apa daya korban telah meninggal dunia,bahkan tubuh bapak dan anaknya itu remuk tak ber,aturan.
Tak berselang lama pihak kepolisian datang ke tkp untuk meng,identifikasi korban dan membawanya ke rumah sakit guna autopsi.Selepas itu Aku langsung pulang berjalan ke,arah rumahku yang jaraknya tak terlalu jauh dari lokasi kejadian.Sepanjang perjalanan tubuhku masih gemetar,batinku merasa takut se,akan kematianku begitu dekat,aku takut,sehingga aku tersandung dan jatuh ke tanah ,begitu takut nya aku.Di sepanjang jalan pulang aku memikirkan dosa dosa ku sehingga menetes air mataku. Se,sampainya di rumah , Ibu ku kaget melihatku yang tak seperti biasa nya. Aku yang biasanya pulang ke rumah hanya untuk makan dan mandi saja, Tapi kini termenung layu bagaikan bunga yang jatuh kemarin pagi. ''Zul,ada apa denganmu ini,dari tadi ibu perhatikan kamu melamun saja,wajah mu juga pucat seperti kamu sedang ketakutan,ada apa Zul? tanya ibunya lagi.Namun Aku tetap diam seribu bahasa,bukan Aku tak mau jawab,tapi fikiranku kosong saat itu,sehingga aku tak mendengar suara ibu. Adzan maghrib berkumandang, Bapak dan Ibu ku bergegas ke mushola samping rumahku,sebelum keluar rumah Ibu sempat mengajaku untuk ikut sholat berjama,ah,tapi sekali lagi,aku tetap diam seperti tadi dengan wajah yang semakin pucat pasi, Ibu semakin bingung dengan ke,ada,an diriku,tapi Ibu tetap melangkah menuju mushola untuk menjalankan sholat maghrib berjama,ah.
Di perjalanan pulang dari mushola,Ibu ku bercerita kepada bapaku tentang prilaku diriku yang tak seperti biasa nya,Tak berapa lama Ibu dan Bapa masuk ke dalam rumah dan mereka kaget melihat ku yang tetap seperti itu,bahkan tak beranjak sedikitpun dari tempat duduk dalam ke,adaan tetap melamun dan pucat. Saat itu bapak langsung menghampiriku,menanyakan seperti yg ibu tanyakan tadi sore,sambil menepuk pundak ku. Seketika itu Aku tersadar dan menangis sekeras keras nya, Bapak dan Ibu semakin merasa aneh dengan diriku. Dan Bapa kembali bertanya padaku''ada apa denganmu sebenarnya Zul?''tanya bapak.
Disitu aku menceritakan semua kejadian yang Aku alami, mulai dari kejadian tragis itu sampai ketakutanku akan kematian yang terasa begitu dekat,namun Aku belum mempunyai bekal amalan apapun kecuali dosa yang terasa begitu banyak,itu yang membuat Aku takut,Aku ingin memperbaiki semua nya,aku bingung bagaimana caranya.
Sekali lagi Bapa menepuk pundaku sambil menangis, Alhamdulillah jika kamu sudah sadar Nak,Bapa sangat senang dan sekarang ikutlah dengan Bapa ke mushola,selepas isya kita bicarakan
lagi,Aku menengok ke,arah Ibu, Aku kembali menangis melihat air mata suci yang membasahi pipi Ibu ku,dan Aku mendekat untuk meminta maaf kepada Ibu dan Bapa atas prilaku ku selama ini yang selalu membuat mereka susah dan malu. tapi mereka tetap sabar menasihati ku walaupun Aku seringkali mengabaikan nasihat dari mereka. >>>>>>>>>Bersambung>>>>>>>>>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar